Membangun karakter anak dengan islam

“Ayo, kalau kamu kencing di celana lagi, ibu panggilin dokter lho. Biar nanti disuntik..”.Kata – kata itulah yang sering terdengar di telinga kita ketika hendak membuat anak jera dan takut. Tanpa disadari, perilaku orang tua tersebut justru membuat anka menjadi trauma.
Trauma pada anak banyak disebabkan karena perilaku orang tua dalam mendidik anak. Sehingga, orang tua perlu menjalin hubungan yang positif dengan anak, dimana pendekatan kepada anak harus dilakukan secara baik.
Al-Qur’anul KArim mengajarkan kepada kedua orang tua cara berbicara dengan anak – anaknya melalui contoh yang terkandung dalam surah Al luqman ayat 13 “ Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya. ‘wahai anakku janganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah adalah benar – benar kelaliman yang besar”.
Teks Al Quran ini mengarahkan secara halus kepada kedua orang tua cara berbicara kepada anak – anaknya dan pentingnya kata yang lembut disertai rasa cinta kasih ketika kedua orang tua berbicara dengan anak – anaknya juga menyarankan argumentasi yang logis.
Menyuruh atau melakukan suatu tingkah laku perlu diberikan dengan ramah. Larangan dan hal –hal yang tidak boleh, disampaikan dengan alas an yang rasional dan logis serta dapat diterima dan dimengerti anak.
Menasehati anak merupakan cara yang efektif untuk mengubah tingkah laku anak. Namun, sejauh manakah upaya menasehati ini dapat mengubah tingkah laku anak? Efektifitas nasehat tergantung dari rasa tanggung jawab orang tua terhadap anaknya.
Rasulullaah SAW telah menekankan bahwa contoh tanggung jawab orang tua mengasuh anaknya adalah membimbing anak melalui nasehat, apabila tanpa nasehat kepada anaknya maka orang tua ditolak masuk surga. Sebagaimana sabda beliau “Barangsiapa diserahi tanggung jawab dalam pemeliharaan (keluarga, kerabat atau kaum muslimin keseluruhan) tetapi lalai membimbingnya dengan nasehat, maka ia akan dihalangi untuk masuk surga “(HR.Baihaqi).
Efektifitas nasehat tergantung pula kepada kejujuran orang tua dan tauladan yang baik dari orang tuanya. Setiap nasehat orang tua semestinya dipenuhi oleh oang tuanya dan ditepati nasehatnya. Janganlah orang tua menasehati atau menyuruh tapi kemudian tidak dilakukan atau dipenuhi.
Dari Abu Hurairoh ra, dari Rasulullah SAW, sesungguhnya beliau bersabda:
“Barangsiapa berkata kepada seorang anak kecil: ‘kemarilah dan ambillah’, tetapi kemudian ternyata tak diberikannya apa – apa, maka dia telah melakukan satu kedustaan”.(HR. Ahmad).
Ketikapun akan memberikan hukuman, maka hal itu untuk melampiaskan kemarahan. Sebagaimana acapkali dilakukan kebanyakan dari kita. Namun, bertujuan untuk mendidik dan mengajari anak atau meredam perilaku buruk anak. Ali bi Abi Thalib menyatakan, “Sesungguhnya orang berakal itu dengan adab dan binatang itu tiada yang dipikir kecuali memukul”.
Orang tua hendaknya menghondari sikap keras yang belebihan dalam memberi hukuman. Seandainya seorang anak melakukan kesalahan dalam satu hari lebih dari satu kali, hal itu wajar bagi anak kecil.
Oleh karena itu, orang tua harus memberi hukuman satu kesalahan saja dari sekian kesalahan. Kesalahan – kesalahan lain hendaknya ditinggalkan, sehingga ada kesempatan tepat untuk mengingatkannya atau membei pelajaran terhadapnya. Dengan cara itu, diharapkan kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada anak semakin berkurang dan penyembuhannya tentunya pelu waktu yang cukup lama.
Orang tua dapat saja menghukum dengan peringatan fisik, seperti memukul jika anaknya berbuat dosa besar atau meninggalkan kewajiban agama (sholat, puasa, dan lain – lain).
Rasulullah SAW bersabda, “Ajarilah anak – anakmu sholat ketika berusia 7 tahun, dan bila mencapai usia 10 tahun, mereka melalaikan sholat, pukullah mereka dan pisahkan tempat tidur mereka satu dengan yang lain”.(HR Ahmad, Abu Daud).
Agar anak – anak tidak menjadi penakut, orang tua perlu menggambarkan beberapa kisah para sahabat nabi. Banyak kisah – kisah tentang keberanian para sahabat nabi yang bias diceritakan pada anak. Seperti kisah Ali bin Abi Thalib ra. Pada malam ketika Nabi hendak memulai hijrah ke Madinah. Beliau rela menuruti perintah Nabi untuk menempati tempat tidurnya dan memakai selimut hijau beliau. Perintah ini diterima tanpa ada rasa takut dan keragu – raguan sedikitpun. Padahal ketika itu persis bahwa orang – orang Quraisy sedang mengintai dan berjaga – jaga untuk membunuh dan mebinasakan nabi.
Juga kisah Abdullah bin Abu Bakar. Beliau diberi tugas dan peran mencari berita tentang rencana orang – orang Quraisy yang ingin mencelakakan Nabi. Padahal ketika itu beliau belu baligh.
Ataupun Umair bin Abi Waqash yang menginginkan ikut perang Badar. Tatkala Rasulullah menolaknya karena masih kecil, Umair pun menangis. Melihat kenyataan itu Rasulullah SAW kemudian memberi izin. Akhirnya Umair terbunuh dalam peperangan tersebut.
Takut hanya dibolehkan kepada Allah saja. Kedua orang tua harus menekankan kepada anak – anaknya untuk takut kepada kehidupan akherat dan neraka Jahanam. Dari kehidupan Rasulullah kita bias mengetahui bagaimana cara beliau memberi nasehat kepada seorang pemuda tentang adanya hari akhir dan rasa takut kepada neraka. Rasulullah mengajak pemuda tesebut ke dalam masjid. Kemudian selesai sholat Rasul menasehatinya dengan membacakan surat At Takatsur. Subhanallah kita patut menirunya.

0 komentar:

Posting Komentar